Friday, July 8, 2016

Tapi Ada, Idul Fitri 1437 H.

Bukan tentang lontong-opor ayam kering tempe buatan simbah
Bukan tentang baju baru yg sengaja disiapkan untuk sholat Ied
Bukan tentang pulang kampung dengan berjam jam macet
Bukan tentang keliling rumah sanak saudara mengumpulkan angpau

Bukan tentang tradisi lainnya yg biasanya kita lakukan
hampir setiap tahun di hari besar spesial selepas Ramadhan ini.

Ya, kita perantau disini, jauh sekali dengan tentang tentang itu.
Jujur, kalau bisa dibuka hati saya, di lapisan paling dasar,
sepertinya akan terlihat menangis.
Tapi lapisan lapisan lainnya, Alhamdulillah masih terlihat baik-baik saja.

Tak hentinya saya bilang kepada Yuzy, sahabat Indonesia yg memang serumah dengan saya, saat jalan pulang malam hari kemarin, bahwa hari Idul Fitri ini seru sekali, bahagia sekali, Alhamdulillah. Dia pun mengiyakan karena merasakan hal yang sama. 

Memang terbilang bahwa ini adalah Idul Fitri saya pertama kalinya sendiri, jauh dari keluarga inti yang hampir setiap tahun pulang kampung ke Jawa Timur, plus ditambah saya berada di negeri minoritas islam.

Tapi boleh dibilang, ini adalah Idul Fitri saya pertama kalinya tanpa tidur siang seharian, tanpa fokus ke hp atau medsoc membalas berbagai pesan seharian, yang tandanya saya sedang sibuk dengan sesuatu. Ya karena saya memang sibuk menikmati keseruan bersilahturahim dengan sesama perantau disini.

Memang tidak ada alun alun, atau jalan raya, atau pelataran masjid besar yang disiapkan untuk solat hari raya. Namun masih ada komunitas muslim disini (OMA) yang menyiapkan hall besar untuk sholat raya di daerah dekat Masjid Ibaraki.

Memang tak ada opor ayam lontong buatan simbah, tapi ada berbagai makanan yang rasanya sudah mengobati rindu buatan para single yang dikumpulkan menjadi potluck indonesia. Opor ayam ada kok, buatan mama Nikko yang memang sedang mengunjunginya. Ada telur balado ati petenya Nindya, mi goreng, nasi kuning nya Mega, ase cabe makanan sundanya Adinda, dendeng enak banget buatan Mba Murni yang dibawa Anja, tahu brokoli Wisman, dan lainnya.

Tidak ada kumpul di ruang keluarga simbah, tapi ada unit apartment cukup 3LK rumah Pijar Wisman yang dijadikan tempat berkumpul.

Tidak ada rumah sanak saudara yang harus di sampiri, tapi ada rumah senior Handai, Mba Sasti yang sudah tinggal 12 tahun di Osaka dan mengundang kami para single belum berkeluarga untuk berkumpul disana. Jadilah setelah puas menikmati hidangan sendiri, ngobrol sampai main werewolf, pukul lima sore kita sudah rapih duduk mengisi ruang makan cantik rumah mba Sasti, sambil menyantap Bakso! Juga, kue kue lebaran yang diimpor langsung dari Indonesia. Pembicaraan kami pun santai namun cukup bermanfaat berilmu karena kami semua memang mahasiswa pada dasarnya. Membicarakan masalah lablife, kesehatan, tips trik menikah dan lainnya. Jauh jauh jauh dari malasnya jikalau berkunjung ke keluarga yang tidak terlalu dekat di Indonesia dan pembicaraannya hanya seputar tema "kelas berapa?" "oh kuliah, kapan lulus?" "kapan nikah?" "udah ada pacar?" "kerja dimana, gajinya besar?" Etc etc etc.

Masih banyak sih "tidak ada" lainnya, apalagi ditambah "tidak ada" yang di bulan Ramadhan. Namun, Alhamdulillah "tidak ada" itu masih bisa tertimpa dengan "tapi ada" :)


Selamat Hari Raya Idul Fitri.

Suita, Osaka.
Syawal 1437 H.

No comments:

Post a Comment