Wednesday, August 26, 2015

Pengalaman OUSSEP 2013 JASSO Scholarship + Langkah Mendapatkan LoA

Paspor baru sudah di tangan, Certificate of Eligibility (CoE) akan terbang dari Jepang ke rumah, dan InsyaAllah akan sampai dalam beberapa hari. Tepat satu bulan lagi dari hari ini, InsyaAllah saya sudah akan berada di Jepang lagi. Negara yang dulu sewaktu kecil selama bertahun-tahun jadi negara idola saya, karena budayanya, teknologinya, dan ntah ada faktor x apa yg buat saya jatuh cinta. Terutama dulu fall in love sama dunia entertainmentnya mulai dari anime, manga, J-pop, sampai dorama. Kalau diingat, kesukaan itulah dimana permulaan saya berniat untuk pergi ke Jepang, melangkahkan kaki disana, menghirup udara lokal disana, dan merasakan sendiri pengalaman kehidupan disana. Dengan ditambah poin positif (karena saya anak yang baik hati dan tidak bandel:p) yaitu belajar dan gratis, jadilah cita-cita saya adalah agar bisa sekolah dengan beasiswa ke Jepang.

Dan Alhamdulillah, ngga pernah cukup berterimakasih pada Allah, cita-cita tersebut sudah terwujud 2 tahun lalu, 28 September 2013.  Saya bisa ke Jepang, untuk belajar, dan juga hampir full gratis. Walaupun banyak halang rintangnya, Alhamdulillah semua terlewati. Dan itulah mengapa saya akan membagi pengalaman saya 2 tahun lalu itu, sekarang. Basi? memang, tapi pengalaman 2 tahun yg superb itulah sebenarnya jalan saya juga untuk dapat menjadi penerima Beasiswa S2 dari Inpex Foundation tahun 2015 ini.

Fall, 2013, Suita, Osaka.

Kesempatan 6 bulan disana (28 September 2013 sampai 27 Februari 2014) yang lalu adalah dalam rangka student exchange program OUSSEP dari Osaka University. OUSSEP sendiri ialah Osaka University Short-term Student Exchange Period, dimana Osaka University (OU) bekerjasama dengan banyak Universitas dari berbagai negara di dunia untuk mengirim mahasiswanya merasakan pengalaman belajar di OU selama 6-12 bulan. Dengan Indonesia, universitas yang bekerjasama ialah UGM dan ITB.

Saya, yang memang sering coba coba, iseng berhadiah mengenai studi di luar negeri tentu mendaftar saat ada iklan mengenai student exchange ini. Apalagi ini adalah cita-cita saya yang waktu itu belum kesampean. Toh karena sudah sering urus berkas sana-sini, tulis essay, kirim paket form keluar negeri, saya sudah terbiasa. Satupun saya ngga pernah lolos saat coba-coba daftar, tapi saya ngga pernah kapok, toh karena sudah kebiasaan, jadinya santai saja.

Saya ingat pertama kali SMP, mencoba daftar sekolah ke Singapura, ditolak. Lalu SMA, mencoba ikut Monbukagakusho yang memang legit untuk S1 di Jepang , juga ditolak. Saat kuliah pun beberapa kali coba ikut semacam international conference, summer class, english school, of course di luar negeri, sejauh ingatan saya ngga ada pengalamannya yg ada di ingatan saya (yaiyalah wong ga diterima :p) Tapi itulah mungkin jalannya. Jalan ceritanya dari Allah, saya harus kuliah di Arsitektur UGM dulu. (Arsitektur selalu jurusan pilihan pertama saya, dimanapun tempatnya, tapi saya memang punya target untuk sekolah di univ negeri dengan alasan link yang besar ke luar negeri)

Karena kuliah di Arsitektur UGM, saya dan satu teman sekelas saya bisa berangkat OUSSEP. Karena, link dosen Arsitektur UGM sangat kuat terhadap OU (saya dapat info ini dari Pak Dosen tercinta, Pak Yoyok, yang bantu kami banyak waktu itu). Jadi waktu itu pendaftarannya dilakukan internal di Jurusan, dengan form, essay, research plan, dan juga interview. Hebatnya, yang mendaftar hanya 4 orang saja, dan semuanya satu kelas dengan saya. Dan pada akhirnya memang 3 orang akan terpilih. Jadi kemungkinan besar memang akan terpilih sih.

Dan Iya, saya terpilih diantara 3 orang tersebut. Setelah itu kami disibukan mengisi form dari OU yang lebih lengkap, juga essay dan research plan yang lebih mendetil, dan juga persetujuan penerimaan oleh salah satu supervisor laboratory di OU. Disini sama saja seperti proses dari awal mencari jurusan/lab untuk mendapatkan LoA (Letter of Acceptance). So, karena juga banyak yang menanyakan soal ini sebelumnya, disini saya akan berbagi sedikit tips,

Langkah-langkah mendapatkan LoA :

  1. Cari tahu minat yang spesifik di bidang/jurusanmu.
  2. Cari melalui google atau browser lainnya mengenai Univ-univ di jepang dan jurusannya yang sesuai minatmu.
  3. List beberapa dosen dan laboratori yang kamu minati.
  4. Pelajari baik baik mengenai lab mereka dan pilih 3 minat teratas. Cari info kontak prof nya dari profil univ/jurusan. Biasanya email univ prof ada di webnya.
  5. Satu dosen yang paling kamu favoritkan, email langsung ke beliau dengan isi maksud tujuan kamu bahwa berminat melanjutkan pendidikan di lab beliau. (proses PDKT)
  6. Tentu saat itu kamu sudah harus siap dengan materi rencana riset yang mau dikerjakan, karena itu akan jadi bahan pertimbangan sang dosen, apakah tema kamu cocok belajar di labnya.
  7. Setelah ada lampu hijau, jangan ragu untuk meminta beliau menuliskan LoA, bisa juga tawarkan kepada dosen tsb agar kita yang menuliskan draftnya dulu lalu beliau tinggal menandatanganinya.
  8. Jangan lupa terus kabari beliau, beasiswa apa yang kalian incar, dan bagaimana proses setelahnya.

Nah kasus saya, karena exchange ke OU, saya melompati no 2, saya mulai dari buka-buka website OU dan cari laboratorium di Teknik Arsitektur yang juga merupakan jurusan S1 saya di UGM. Dimudahkannya karena ada salah satu kakak kelas yang pernah kesana, saya dapat referensi prof dan diberikan emailnya oleh sang kakak kelas, barulah saya mulai proses PDKT hingga mendapat LoA. Proses semua nya sekitar 1 bulan lebih. Akhirnya form kami dikirim ke OU untuk seleksi lagi. 

Yang akan diterima program OUSSEP maksimal 3 orang, TAPI, katanya yang akan mendapat beasiswa hanya 1 orang saja. Beasiswanya ialah beasiswa JASSO untuk biaya hidup sebesar 80,000jpy (sekitar 8 juta) per bulan. Sedangkan kuliahnya sudah gratis, dan transportasi masing-masing. Yang berarti jika yang dapat beasiswa hanya 1 orang, 2 lainnya hanya akan ditanggung kuliah saja. Jika melihat saingan, saya kenal mereka semua karena satu kelas, mereka semua hebat. Pesimis dan Optimis, pasti. Tapi saya lebih keoptimis, saya inginnya sih semua diterima dgn beasiswa, kalaupun hanya 1, saya rasa saya bisa saja jadi 1 orang beruntung itu, harapan saya sangat tinggi. Nyatanya?

Tidak. Saya ingat betul, saya sedang di karaoke room dengan sahabat-sahabat baik saya, saya mendapat email yang sudah tersync dgn telepon genggam. Waktu itu lagu request saya dari Maroon 5, tapi mic di tangan saya nganggur karena saya sibuk baca email yang subjeknya sudah buat deg-degan, Pengumuman Aplikasi OUSSEP. Sumringah langsung saat saya membaca saya admitted sebagai special auditor di program OUSSEP-R(Research). Sampai-sampai saya berdiri, dan  mic terjatuh, para sahabatpun bingung. Saya bilang saya diterima, sembari scroll down terus membaca cepat isi email. Dan for the first time saya benar-benar merasakan yang namanya patah hati.

Karena ada kata kata : not admitted dan sorry, pada kolom hasil aplikasi beasiswa.

Satu orang yang lolos beasiswa ternyata teman saya, Bryan. Harapan saya yang melambung tinggi mengenai pengalaman akan student exchange 6 bulan, tuition fee gratis, di universitas ternama di Jepang lagi. Tapi bagaimana cara menjalaninya, kalau ngga ada sokongan biaya hidup?

Saya bingung. Tapi dukungan dari keluarga dan para sahabat, juga tekad saya untuk tetap berangkat yang sangat tinggi, membuat saya memutuskan untuk harus tetap pergi. Rejeki memang Allah yang mengatur, manusia tinggal berusaha dan menjemputnya, itu sangat terbukti. Sampai sebelum berangkat saya berusaha terus, kesana kemari mencari bantuan dana dari manapun, dibarengi dengan do'a. Ayah saya, bantuan dana terbesar saya sampai saat itu bilang, "Ya disana kan bisa part-time juga, ntar dihitung berapa kebutuhan, insyaAllah dicukupkan, sebelum berangkat masih ada waktu usaha terus cari bantuan disini, kalau memang dapat Alhamdulillah, kalaupun tidak ya nanti bisa cari bantuan saat di Jepang. Kalau memang mau berangkat, berangkatlah."

Orangtua saya juga motivasi besar saya untuk akhirnya menerbitkan belasan proposal dana sebagai salah satu upaya saya waktu itu. Waktu itu proposal pertama adalah untuk UGM, meminta bantuan dana setidaknya untuk tiket. Darisitu terbit ide, dengan bantuan banyak sahabat, salah satunya Wita dan Amel, akhirnya saya benar-benar membuat list perusahaan mana saja yang akan saya beri proposal. Untungnya pihak kampus, jurusan dan fakultas teknik memudahkan usaha saya untuk memberikan surat pengantar proposal-proposal tersebut, tentu dengan usaha sepadan sebelumnya.

Saya berkeliling Jakarta ditemani adik tercinta memasukan proposal tersebut, harus kena sasaran, oleh karena itu saya benar-benar datang ke perusahaan yang dituju dan memberikannya ke bag yang bersangkutan. Banyak cobaan, mulai dari cari alamat, capai jalan karena naik angkutan umum, dicuekin, menunggu, dan kepanasan. Tapi itu semua saya sikapi positif dengan niatan demi meringankan beban biaya orangtua. Selain itupula saya juga ngga putus berkomunikasi dengan dosen saya di Jepang mengenai masalah ini.

Singkatnya, sampai deadline pengumpulan keterangan ikut-tidaknya OUSSEP dengan notes biaya tanggungan hidup dari orangtua, saya masih sedih dan galau, karena tidak satupun proposal memberikan sinyal apapun. Tapi orangtua saya tetap, "Pergilah." Saya pun nekat akhirnya konfirmasi untuk mengikuti OUSSEP dengan biaya hidup sendiri.

Satu pelajaran lagi, ada yang bilang. "Kamu mungkin tidak tahu, dibalik kebahagiaanmu, kesuksesanmu, mungkin disaat itulah saat dimana do'a orangtua (ayah-ibu) mu sedang dihijabah (dijawab) oleh Allah".

Mungkin itu yang terjadi. Karena membebankan orangtua, sebenarnya Allah memberikan berkah dan rejekinya kepada orangtua saya, melalui saya :)

1 Syawal. Idul Fitri, 2013. Saya sudah tidak terbebankan pikiran sebulan yang lalu mengenai kegalauan jadi atau tidaknya berangkat. Karena setelah konfirmasi, saya harus pasti berangkat, jadi pikiran saya saat itu ialah persiapan sebaiknya untuk berangkat ke Jepang.

Tapi disaat tenang itulah, dihari kemenangan itulah, saya yang sudah tidak pantas lagi mendapatkan uang THR dari orang-orang malah mendapat THR yang besar. THR buat orangtua saya juga. OU-JASSO mengemail saya hari itu, saat berada di rumah Bude, memberikan pesan bahwa saya memiliki kesempatan mendapatkan beasiswa JASSO karena ada satu partisipan yang mengundurkan diri. Saya diminta mengkonfirmasi secepatnya untuk menerima atau tidak.

Hey, haruskan saya menolak? :)

Dan pelajaran terakhir, "Maka nikmat Allah yang mana lagikah yang engkau dustakan?" (Diulang 31x dalam Ar-Rahman, Maha Penyayang)

Akhirnya berangkatlah saya dan Bryan, teman yang memang dapat beasiswa JASSO, ke negeri sakura itu. Alhamdulillah cita-cita masa kecil saya sudah terwujud. Dan ngga lama berada di Jepang ternyata ada kabar juga dari proposal yang saya masukan ke Beasiswa Dikti melalui Kemenpora dan juga dari UGM, tapi saya tidak ambil keduanya. Memang saat kamu berusaha, pasti ada jalannya :) 

OUSSEP Fall 2013-2014

LABO5, Arsitektur OU , dimana saya menjalankan mini riset selama OUSSEP-R 

 Dan karena pengalaman OUSSEP itulah, muncul cita cita baru saya saat kembali di tanah air. Yaitu : sekolah S2 dengan beasiswa di Universitas ternama di luar negeri, Jepang salah satunya. Dan saya sekarang sedang mengusahakannya untuk terwujud, Bismillah.

7 comments:

  1. Kerennya mbak tika :'') u've inspired me from the first time i was an architecture freshman , till now u've never stop inspiring me ^_^
    Nina-UGM Arch12 :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Nina apakabar? Ayok ayok dicoba beasiswa INPEX nya ^-^

      Delete
  2. Pagi Mbak Tika

    Perkenalkan saya Riko lulusan jurusan kesmas. Mbak, saya ingin bertanya apakah format LoA harus dibuatkan oleh kita? Selama ini saya mengira bahwa profrssor mempunyai format sendiri untuk LoA. Lalu maaf mbak numpang nanya di sini, bila belum ada pengalaman bekerja apakah memungkinkan untuk mendaftar beasiswa INPEX? Terima kasih mbak atas waktunya.

    Salam,

    Riko

    ReplyDelete
  3. Pagi Mbak Tika

    Perkenalkan saya Riko lulusan jurusan kesmas. Mbak, saya ingin bertanya apakah format LoA harus dibuatkan oleh kita? Selama ini saya mengira bahwa profrssor mempunyai format sendiri untuk LoA. Lalu maaf mbak numpang nanya di sini, bila belum ada pengalaman bekerja apakah memungkinkan untuk mendaftar beasiswa INPEX? Terima kasih mbak atas waktunya.

    Salam,

    Riko

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kalau aku dulu menanyakan pd profnya bagaimana menulis LoA, apakah ada format dr beliau atau tidak. Nah, profnya minta aku buat bikin draftnya lalu dikirimkan ke beliau dan beliau tgl ttd dan kasih kop dan kirim ke aku. Jadi sebaiknya ditanyakan dulu baiknya ke profnya.
      Sangat memungkinkan kok, bekerja bukan jadi syarat mendaftar.
      Semangat dan sukses,

      Salam,
      Tika.

      Delete
  4. assalamualaikum. kak Tika perkenalkan nama saya hida, saya saat ini sedang menjadi "pejuang beasiswa" juga seperti kakak saat kakak menulis ini. berbagai beasiswa jepang sudah saya coba termasuk MEXT tahun lalu (2015), namun sayangnya langkah saya harus terhenti di tahap wawancara. saat itu saya sangat kecewa sekali. dan kalu dipikir2 lagi mungkin karena saya belum mengantongi LOA. tahun ini saya rencananya mau ikut lagi beasiswa mext dengan persiapan lebih matang. salah satunya LOA.

    kak saya mau nanya, berdasarkan tips mendapatkan LOA yang kakak tulis diatas kan posisinya belum mendapatkan beasiswa.
    apakah sekiranya profesor di jepang yang akan kita lamar biasanya bersedia untuk memberikan loa ketika kita belum positif mendapatkan beasiswa?

    sebenarnya saya sudah mengantongi nama unv dan profesor yang potensial. proposed research juga sudah saya bikin. cuma saya masih ragu, maju mundur dan gak pede untuk klik tombol send ke email calon prof yang bersangkutan karena permasalahan diatas. duh galo banget deh. T.T apa sekiranya dicoba aja gitu ya kak?

    ReplyDelete
  5. Salam sejahtera semoga diberi kesehatan selalu.
    Mba, ini sy arifin dri mhs S1 jurusan pendidikan pengen lnjut studi S2 di jepang dg jrs yg sama. Melalui beasiswa. Tolong bantuanya mba.
    Mhn kiranya bls lwt sms sj 089659111315. Mksih..

    ReplyDelete